Selasa, 15 Desember 2015

Karakteristik Perkembangan Spiritual




Karakteristik Perkembangan Spiritual
A.    Karakteristik perkembangan spiritualitas anak usia sekolah
Tahap mythic-literalfaith, yang dimulai usia 7-11 tahun. Menurut Fowler dalam desmita (2009:281), berpendapat bahwa tahap ini, sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya, anak mulai berfikir secara logis dan mengatur dunia dengan kategori -kategori baru. Pada tahap ini anak secara sistematis mulai mengambil makna dari tradisi masyarakatnya, dan secara khusus menemukan koherensi serta makna pada bentuk-bentuk naratif. Sebagai anak yang tengah berada dalam tahap pemikiran operasional konkret, maka anak usia sekolah dasar akan memahami segala sesuatu yang abstrak dengan interpretasi secara konkret. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemahaman mengenai konsep-konsep keagamaan. Dengan demikian, gagasan-gagasan keagamaan yang bersifat abstrak yang tadinya dipahami secara konkret, seperti tuhan itu satu,tuhan itu amat dekat, tuhan ada di mana-mana, mulai dapat di pahami secara abstrak.
Tahapan-tahapan perkembangan keagamaan pada anak :
a.       Sikap keagamaan reseptif meskipun banyak bertanya
b.      Pandangan ke-Tuhanan yang anthromorph (dipersonifikasikan)
c.       Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum dalam)
d.      Masa anak sekolah
e.       Sikap keagamaan bersifat reseptif dan disertai pengertian
f.       Pandangan ke-Tuhanan diterangkan secararasional
g.      Penghayatan secara rohaniah makin mendalam
B.     Karakteristik perkembangan spiritualitas remaja
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya keyakinan agama  remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada awal masa anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh sebab itu, meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitifnya. Mungkin mereka mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Menurut Muhammad Idrus dalam Desmita (2009:283), pola kepercayaan yang dibangun remaja bersifat konvensional, sebab secara kognitif, efektif dan sosial, remaja mulai menyesuaikan diri dengan orang lain yang berarti baginya(significant others) dan dengan mayoritas lainya.
Perkembangan Penghayatan Keagamaan. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian
a.       Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
b.      Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
c.       Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.

Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.
1.      `Masa remaja awal
a.       Sikap negative disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama secara hipocrit.
b.      Pandangan dalam ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran yang tidak cocok
c.       Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual
2.      Masa remaja akhir
a.       Sikap kembali pada umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual
b.      Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya
c.       Penghayatan rohaniahnya kembali tenang

http://dinicemput.blogspot.co.id/2012/04/makalah-ppd-perkembangan-moral-nilai.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar