Karakteristik Perkembangan Spiritual
A.
Karakteristik perkembangan spiritualitas anak
usia sekolah
Tahap
mythic-literalfaith, yang dimulai usia 7-11 tahun. Menurut Fowler dalam desmita
(2009:281), berpendapat bahwa tahap ini, sesuai dengan tahap perkembangan
kognitifnya, anak mulai berfikir secara logis dan mengatur dunia dengan
kategori -kategori baru. Pada tahap ini anak secara sistematis mulai mengambil
makna dari tradisi masyarakatnya, dan secara khusus menemukan koherensi serta
makna pada bentuk-bentuk naratif. Sebagai anak yang tengah berada dalam tahap
pemikiran operasional konkret, maka anak usia sekolah dasar akan memahami
segala sesuatu yang abstrak dengan interpretasi secara konkret. Hal ini juga
berpengaruh terhadap pemahaman mengenai konsep-konsep keagamaan. Dengan
demikian, gagasan-gagasan keagamaan yang bersifat abstrak yang tadinya dipahami
secara konkret, seperti tuhan itu satu,tuhan itu amat dekat, tuhan ada di
mana-mana, mulai dapat di pahami secara abstrak.
Tahapan-tahapan
perkembangan keagamaan pada anak :
a.
Sikap keagamaan reseptif meskipun
banyak bertanya
b.
Pandangan ke-Tuhanan yang
anthromorph (dipersonifikasikan)
c.
Penghayatan secara rohaniah masih
superficial (belum dalam)
d.
Masa anak sekolah
e.
Sikap keagamaan bersifat reseptif
dan disertai pengertian
f.
Pandangan ke-Tuhanan diterangkan
secararasional
g.
Penghayatan secara rohaniah makin
mendalam
B.
Karakteristik perkembangan spiritualitas remaja
Dibandingkan
dengan masa awal anak-anak misalnya keyakinan agama remaja telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada awal masa anak-anak
ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik Tuhan dibayangkan
sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin
berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan
eksistensi. Perkembangan pemahaman terhadap keyakinan agama sangat dipengaruhi
oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh sebab itu,
meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua
mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam
perkembangan kognitifnya. Mungkin mereka mempertanyakan tentang kebenaran
keyakinan agama mereka sendiri. Menurut Muhammad Idrus dalam Desmita
(2009:283), pola kepercayaan yang dibangun remaja bersifat konvensional, sebab
secara kognitif, efektif dan sosial, remaja mulai menyesuaikan diri dengan
orang lain yang berarti baginya(significant others) dan dengan
mayoritas lainya.
Perkembangan Penghayatan Keagamaan. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian
a. Pandangan dan paham
ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman
pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
b. Penghayatan secara
rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai
keharusan moral.
c. Periode usia sekolah dasar
merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode
sebelumnya.
Ahli umum (Zakiah,
Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya
perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif
menunjukan karakteristik yang berbeda.
1.
`Masa remaja awal
a. Sikap negative disebabkan
alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama secara
hipocrit.
b. Pandangan dalam
ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai
konsep dan pemikiran yang tidak cocok
c. Penghayatan rohaniahnya
cenderung skeptic, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan
ritual
2. Masa remaja akhir
a. Sikap kembali pada umumnya
kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual
b. Pandangan dalam hal
ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya
c. Penghayatan
rohaniahnya kembali tenang
http://sekeping-episode-kehidupan.blogspot.co.id/2012/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-spiritual.html
http://dinicemput.blogspot.co.id/2012/04/makalah-ppd-perkembangan-moral-nilai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar