PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA PADA AUD
Pendidikan nilai-nilai
keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting
keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam
setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang
baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa
Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai
luhur ini pun dikehendaki menjadi
motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya
dalam pancasila (Hidayat, 2007 : 7.9).
Menurut penelitian
Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase
(tingkatan). Dalam bukunya The
Development of Religious on Children, ia mengatakan bahwa perkembangan
agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak usia 3-6 tahun. Pada anak dalam
tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan
emosi. Pada tingkatan ini
anak menghayati konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualnya. Kehidupan pada masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan
fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep
fantastis yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal.
2. The realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat
ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense.
Pada masa ini ide
ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada
kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan
pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. pada masa ini ide keagamaan anak
didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan
yang formalis.
3. The Individual stage (tingkat individu)
Anak pada
tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan
perkembangan usia mereka.
Ada beberapa alasan mengenalkan nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu
anak mulai punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu pola perilaku,
mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk social dan hamba
Allah. Agar minat anak tumbuh subur, harus dilatih dengan cara yang
menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan kegiatan.
Hidayat (2009: 9.4-9.7) yang mengemukakan strategi dalam
pengembangan nilai-nilai agama anak usia dini yaitu sebagai berikut:
1.
kegiatan rutinitas,
2.
kegiatan terintegritas,
3.
kegiatan khusus,
Konsep-konsep Pengembangan Nilai Agama Anak Usia Dini
Ada beberapa teori
timbulnya jiwa keagamaan anak, yaitu:
1.
Rasa Ketergantungan (sense of
depende)
Manusia dilahirkan
ke dunia ini memiliki empat kebutuhan, yakni keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman
baru (new experimence), keinginan
untuk mendapatkan tanggapan (response)
dan keinginan untuk dikenal (recognition).
Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak
dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang
diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri
anak.
2.
Instink keagamaan
Bayi yang
dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, diantaranya instink keagamaan.
Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi
kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna.
Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada anak jauh sebelum
usia 7 tahun. Artinya, jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai keagamaan perlu
ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Nilai keagamaan itu sendiri bisa
berarti perbuatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan atau hubungan
antar-sesama manusia.
Strategi dan Teknik
Pengembangan Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini
Ada 3 strategi dalam
pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan
pembiasaan, Strategi aktivitas dan bermain, dan Strategi pembelajaran (Wantah,
2005: 109).
1. Strategi Latihan dan
Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan
merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu pada
anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah
perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk
menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki
kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2. Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan
aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk
pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam
Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia
dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa
dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun
dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya
namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain
bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3. Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral
anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran moral. Pendidikan
moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan watak
yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang
seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).
Pembelajaran moral dalam
konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam
kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada
anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan
perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara
tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih
banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak
secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih
diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi
lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan
pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan perilaku baik dan buruk.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar