Metode Pembinaan Rasa Beragama.
Menurut Ahmad Tafsir mengutif pendapat
al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman ialah sebagai berikut :
1.
Metode hiwar (percakapan)
Qurani dan Nabawi
Hiwar
(dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai
suatu topik dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki
(dalam hal ini oleh guru). Dalam percakapan ini bahan pembicaraan tidak
dibatasi, dapat digunakan berbagai sains, filsafat, seni, wahyu dan lain-lain.
Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara dan juga bagi pendengar
pembicaraan itu. Itu disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a.
Dialog itu berlangsung secara dinamis karena
kedua belah pihak terlibat langsung dalam pembicaraan, tidak membosankan.
b.
Pendengar tertarik untuk mengikuti terus pembicaraan
itu karena ia ingin tahu kesimpulannya. Ini biasanya diikuti dengan penuh
perhatian, tampaknya tidak bosan dan penuh semangat.
c.
Metode ini dapat membangkitkan perasaan dan
menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan
sendiri kesimpulannya.
d.
Bila hiwar dilakukan dengan baik, memenuhi
aklak tuntunan Islam, maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat, itu akan
mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa pendidikan akhlak,
sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain.
Menurut Ahmad Tafsir mengutip pendapat
al-Nahlawi, dalam al-Qur’an dan sunah Nabi SAW, terdapat berbagai jenis hiwar,
seperti :
a.
Hiwar khitabi atau ta’abbudi
Hiwar khitabi
atau ta’abbudi merupakan dialog yang diambil dari dialog
antara Tuhan dan hamba-Nya. Tuhan memanggil hamba-Nya dengan mengatakan,
“Wahai, orang-orang yang beriman,”dan hamba-Nya menjawab dalam kalbunya dengan
mengatakan, “Kusambut panggilan Engkau, ya Rabbi”. Dialog antara Tuhan dan
hamba-Nya ini menjadi petunjuk bahwa pengajaran seperti itu dapat digunakan,
denga kata lain, metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah
digunakan Tuhan dalam mengajari agamanya.
Melalui hiwar
khitabi atau ta’abbudi, Al-Qur’an menanamkan hal-hal penting sebagai
berikut :
1.
Agar tanggap terhadap persoalan yang diajukan
Al-Qur’an, merenungkannya, menghadirkan jawaban sekurang-kurangnya di
dalam kalbu.
2.
Menghayati makna kandungan al-Qur’an.
3.
Mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan petunjuk
Al-Qur’an.
4.
Menanamkan rasa bangga karena dipanggil oleh
Tuhan, “Hai, orang-orang yang beriman …”
Dalam hiwar
khitabi ini dialog dimulai dari satu pihak, yaitu si pembicara, sedangkan
pihak kedua yang menyambutnya memperhatikan dengan emosinya, lalu terundang
untuk menyambutnya dengan pikiran dan perasannya.
b.
Hiwar washfi
Hiwar washfi ialah dialog
antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk ghaib lainnya. Dalam surata
Al-Shaffat ayat 20-23 ada dialog antara Tuhan dengan penghuni neraka:
Dan mereka berkata, “Aduhai, celaka kita.
“Inilah hari pembalasan, inilah hari yang kalian dustakan. Kami perintahkan
kepada malaikat, “Kumpulkan mereka itu beserta teman-teman mereka…. dan
tunjukanlah kepada mereka jalan ke neraka.” Di sini Allah berdialog dengan malaikat.
Topik pembicaraannya tentang tentang orang-orang zalim. Dalam surat Al-Shaffat
ayat 27-28: Sebagian mereka saling menghadap dan saling berbantahan.
Pengikut-pengikut mereka berkata kepada pemimpin mereka, “Sesungguhnya kalian
yang datang kepada kami dari kanan.
Menurut Al-Nahlawi, hiwar washfi
menyajikan kepada kita gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka
dan ahli surga. Dengan imajinasi dan deskripsi yang rinci, hiwar washfi
memperlancar berlangsungnya pendidikan perasaan ketuhanan. Gambaran tentang
penyesalan ahli neraka itu seolah-olah dirasakan oelh pembaca atau pendengar
dialog itu; pendengar itu seolah terlibat dalam dialog itu, lantas ada
pemikahan. Kemudian ada pertanyaan, “Di pihak mana aku?” Hiwar washfi seolah-olah
juga mengingatkan pendengar dialog itu, “Jangan kalian terjerumus seperti
mereka itu. “Dialog juga terjadi
antara surga, seperti dialog yang terdapat dalam surat Al-Shaffat ayat 50-57
c.
Hiwar qishashi
(percakapan tentang sesuatu melalui kisah)
Hiwar ini mempunyai pengaruh kejiwaan pada pendengarannya. Hal ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Ø Kekuatan hiwar
ini terletak pada pengisyaratan, yaitu pengisyaratan agar tidak memihak kepada
orang zalim; alasan orang zalim lemah.
Ø Hiwar ini membawakan
alasan yang kuat, yaitu alasan yang datang dari Nabi dan dari Tuhan; alasan itu
mengalahkan alasan orang zalim.
Ø Hiwar ini
mengisahkan dialog secara berseling. Ini akan menajamkan persoalan yang
didialogkan sehingga terjalin kisah panjang yang kuat alur ceritanya.
d.
Hiwar jadali
Hiwar jadali bertujuan
untuk memantapkan hujjah (alasan). Hiwar jadali mempunyai implikasi pedagogis
yang sama dengan hiwar sebelumnya, yaitu :
Ø Hiwar
jadali
mendidik orang menegakkan kebenaran dengan menggunakan hujjah yang kuat.
Ø Hiwar
jadali,
dengan alasan yang kuat, mendidik orang menolak kebatilan karena pikiran itu
rendah.
Ø Hiwar
jadali
mendidik orang menggunakan pikiran yang sehat.
e.
Hiwar Nabawi
Hiwar Nabawi adalah hiwar
yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Dia menghendaki
agara sahabatnya mengajukan pertanyaaan.
Dari uraian itu
kita mengetahui metode hiwar adalah metode pendidikan Islami, terutama
efektif (teoritis) untuk menanamkan iman, yaitu pendidikan rasa (afektif).
2.
Metode kisah Qurani dan Nabawi
Dalam
pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi),
kisah sebagai metode pendidikan amat penting. Dikatakan amat penting, alasannya
antara lain sebagai berikut :
a.
Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca
atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya.merenungkan maknanya. Selanjutnya
makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati atau pendengar tersebut.
b.
Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati
manusia karena kisah itu menampilkan tokoh salam konteksnya yang menyeluruh.
Karena tokoh cerita ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, pembaca atau
pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia
sendiri yang menjadi tokohnya.
c. Kisah Qur’ani
mendidik perasaan keimanan dengan cara :
Ø Membangkitkan
berbagai perasaan seperti khauf, rida dan cinta
Ø Mengarahkan
seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah
Ø Melibatkan
pembaca
atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.Tujuan
kisah Qur’ani adalah :
a.
Mengungkapkan kemantapan wahyu atau risalah.
Mewujudkan rasa mantap dalam menerima Qur’an dan keutusan rasulnya. Kisah-kisah
itu menjadi buktikebenaran wahyu dan kebenaran Rasul SAW.
b.
Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al-din
itu datangnya dari Allah.
c.
Menjelaskan bahwa Allah menolong atau
mencintai Rasul-Nya;menjelaskan bahwa kaum mukmin adalah umat yang satu, dan
Allah adalah Rabb mereka.
d.
Kisah-kisah ini bertujuan menguatkan keimanan
kaum Muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa.
e.
Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah
setan, menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih hidup dan
jelas.
Ditinjau dari dampak pedagogis, kisah Nabawi
tidak berbeda dari kisah Qur’ani. Akan tetapi, bila ditinjau secara mendalam,
ternyata kisah Nabawi berisi rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan
pentingnya keikhlasan dalam beramal, mengajurkan bersedekah dan mensyukuri
nikmat Allah.
3.
Metode amstal
(perumpamaan) Qurani dan Nabawi
Kebaikan metode
ini adalah :
a.
Mempermudah siswa memahami konsep yang
abstrak;ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil benda kongkret seperti
kelemahan Tuhan orang kafir diumpakan dengan sarang laba-laba.
b.
Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap
makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Contoh si pembuat perumpamaan
menjewer telinga pembaca dengannya sehingga pengaruh jeweran itu meresap ke
dalam kalbu.
c.
Perumpamaan harus logis, mudah dipahami.
d.
Amstal Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi
kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
4.
Metode
keteladanan
Metode
pendidikan Islam berpusat pada kateladanan. Yang memberikan teladan ituadalah
guru, kepala sekolah, dan semua aparat sekolah. Dalam pendidikan
masyarakat;teladan itu adalah para pemimpin masyarakat, para da’i. Teladan
untuk guru-guru (dan lain-lain) ialah Rasulullah. Pendeladanan ada 2 macam
yaitu :
a.
Keteladan yang tidak disengaja seperti
keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan, dan lain-lain dan dilakukan secara
tidak formal.
b.
Keteladan yang disengaja seperti
mengerjakan shalat yang benar dan dilakukan secar formal.
5.
Metode
pembiasaan
Inti dari
metode ini adalah pengulangan, maka metode pembiasaan berguna untuk menguatkan
hafalan.
6.
Metode ibrah
dan mau’izah
Ibrah dan
Itibar
ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu
yang disaksikan, yang dahadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati
mengakuinya. Adapun mau’izah ialah nasihat dengan cara
menyentuh kalbu.
7.
Metode targhib
dan tarhib
Targhib ialah janji
terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib
adalah anacaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar orang
mematuhi aturan Allah. Tarhib demikian juga. Akan tetapi, tekanannya ialah
targhib agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan.
Metode ini didasarkan atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yaitu sifat
keinginan kepada kesenangan, keselamatn, dan tidak menginginkan kepedihan dan
kesengsaraan.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar